Gagal? Bersyukur!

Gagal? Bersyukur!

Sebenarnya, otak kanan bukan soal kreativitas, imajinasi, dan intuisi semata. Jarang-jarang orang ngeh, ternyata syukur pun terletak pada otak kanan. Terkait itu, jauh-jauh hari pepatah China sudah mengungkapkan, “Bu yao pa, bu hao hui,” yang artinya, “Jangan pernah takut, jangan pernah menyesal.” Maknanya, apa yang akan terjadi, tidak perlu takut. Dan apa yang telah terjadi, tidak perlu menyesal. Pepatah China lainnya melengkapi, “Fan shi gan ji,” yang artinya, “Apa pun yang terjadi patut disyukuri.”

Dan itu pula yang saya pegang teguh selama ini. Asalkan yang terjadi itu bukan bersifat dosa, maka sedikitpun tidak akan saya sesali. Sedikitpun tidak! Entah itu berupa masalah, kegagalan, kerugian, penghinaan, sakit, atau seumpamanya. Bukankah itu semua terjadi dengan izin Tuhan? Bukankah kejadian itu adalah kejadian terbaik untuk kita, menurut Tuhan? Kalau memang itu terjadi dengan izin Tuhan, kalau memang kejadian itu terbaik untuk kita menurut Tuhan, lantas mengapa tidak kita syukuri?

Nah, sepengetahuan saya, konsep bersyukur juga diajarkan oleh setiap agama –tanpa terkecuali. Bahkan, bukan saja bersyukur setelah memperoleh nikmat, melainkan juga bersyukur sebelum memperoleh nikmat. Dan di atas segalanya, inilah yang terbaik. Sejenak, coba cermati adab berdoa secara umum. Apa yang pertama-tama harus dibaca? Tidak lain tidak bukan, lafal syukur. Kemudian? Barulah meminta. Saya perjelas, syukur dulu, baru meminta.
Sayangnya, yang jamak terjadi, minta dulu. Kalau terkabul? Yah, baru bersyukur. Kalau tidak? Boro-boro bersyukur! Padahal Sang Pencipta telah komit, "Sesungguhnya jika engkau bersyukur, niscaya Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepada engkau." Dan tentunya kita tahu persis bahwa Ia tidak bakal mangkir. Bersyukurlah, karena Ia begitu baik. Right ???


Ippho Santosa
Entrepreneur, Penerima Muri Award & Penulis Megabestseller
- 13 Wasiat Terlarang!
- 10 Jurus Terlarang!
- Marketing is Bullshit...

0 komentar:

Posting Komentar