Mana yang UTAMA : Impian atau Rasa Syukur?


Mana yang UTAMA : Impian atau Rasa Syukur?


Apa yang Anda rasakan ketika Anda sedang naik sepeda lalu Anda melihat orang lain mengendarai sepeda motor lalu Anda pun membayangkan, “Andaikan saya mengendarai motor, pasti perjalanannya lebih nikmat dan cepat”.
Apa yang Anda rasakan, jika Anda sedang mengendarai sepeda motor sambil kehujanan, lalu Anda melihat orang lain menaiki mobil pribadinya dengan begitu nyaman, lalu Anda pun membayangkan, “Seandainya saya naik mobil pribadi, pasti tidak kehujanan dan perjalanan lebih nyaman, oh kapan ya Allah saya bisa mempunyai mobil pribadi?”.



Oh betapa menderitanya hidup ini kalau kita selalu “melihat ke atas”. Kita menjadi pribadi yang gagal menikmati sesuatu yang sudah kita miliki, hanya lantaran selalu “melihat ke atas”, melihat ke atas dalam makna melihat orang lain yang mendapat fasilitas lebih dari Allah di sisi kebendaan.
Kita menjadi gagal menikmati mengendarai sepeda ontel karena kita melihat orang lain yang mengendarai sepeda motor. Kita menjadi gagal menikmati mengendari sepeda motor hanya lantaran kita melihat orang lain yang mengendarai mobil. Astagfirullahalaziim . Ternyata, ketika kita tidak bersyukur dan fokus kepada syahwat atau keinginan kita, maka sebenarnya kita sedang MENGHILANGKAN kenikmatan yang tengah Allah hadirkan dalam hidup kita.
Sebetulnya, bermimpi (baca : memiliki keinginan) dan bersyukur itu adalah satu paket yang tak boleh dipisahkan. Seseorang yang memiliki banyak impian maka ia harus memiliki kesyukuran yang tinggi atas hidupnya saat ini.
Jika ia memiliki banyak impian, tapi ia tidak pandai bersyukur, maka yang terjadi adalah kegelisahan, sedangkan kegelisahan itu menghasilkan perasaan yang tidak enak (negative feeling), sedangkan negative feeling itu menghasilkan hasil yang kurang berhasil.
Sahabat Solusi, ketahuilah bahwa salah satu sumber utama kegelisahan adalah Banyak Keinginan dan Sedikit Bersyukur. Memiliki impian itu penting, tapi mensyukuri apa yang kita miliki jauh lebih nyata kenikmatannya dan bukan sekedar mimpi.
Ada seorang Teman yang bertanya, “Salam Kenal Kang Zen, Bagaimana mencari titik keseimbangan antara mensyukuri apa yang telah kita punyai dan mengejar dream atau mimpi-mimpi kita? T erima kasih atas pencerahannya.
Sobat Solusi, jadikanlah bersyukur itu sebagai kinerja BAWAH SADAR (Perasaan) Anda, lalu jadikanlah IMPIAN itu sebagai kinerja PIKIRAN SADAR Anda. Apa maksudnya?
Tak masalah Anda membayangkan Keinginan itu selama berkeinginan itu adalah sebagai proses syukur Anda. Artinya keinginan-keinginan yang ada dalam diri Anda tidak sampai membuat hati Anda gelisah. Tapi justru keinginan-keinginan Anda itu membuat Anda bahagia dan semakin mendekatkan diri Anda kepada Allah SWT. Tapi apakah Anda sanggup melakukannya?
Jika Anda tidak sanggup melakukannya, maka lakukanlah saran saya berikut. Jika ada sebuah wadah yang bernama Mangkok Syukri (Syukri singkatan dari “Syukur-Impian”), maka isilah Mangkok Syukri itu dengan 88% rasa syukur dan 12% impian. Maka, insya Allah rejeki yang hadir bukan sekedar berdasarkan apa yang Anda inginkan (impikan), tetapi rejeki Anda akan hadir lebih berdasarkan apa yang Anda butuhkan (Kesyukuran).
Rejeki yang hadir berdasarkan apa yang Anda impikan adalah rejeki yang terduga. Sedangkan rejeki yang hadir berdasarkan kualitas syukur Anda kepada Allah adalah rejeki yang tak terduga. Dan biasanya, rejeki tak terduga lebih dahsyat daripada rejeki yang sudah Anda duga sebelumnya.
Wallahu Alam
<!-- [if gte mso 10]>

Wed, 7 Oct 2009 @20:50
Tags: impian syukur kesyukuran keinginan kehendak nafsu bermimpi

0 komentar:

Posting Komentar